YOGYAKARTA—Kata “genting” mengandung makna kondisi kritis atau keadaan yang dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani. Dengan demikian “genting” menggambarkan sesuatu yang penting sekaligus mendesak.
Maka tepatlah pemilihan GENTING sebagai akronim dari Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting. Ya, stunting memang persoalan penting, karena menyangkut kualitas SDM Indonesia yang digadang menjadi tulang punggung tercapainya Indonesia Emas 2045. Stunting juga masalah mendesak untuk ditangani karena anak-anak sampai usia 2 tahun (termasuk bayi dalam kandungan) pada tahun 2045 nanti adalah kelompok usia produktif penyokong Indonesia Emas. Jika mereka sampai dengan usia 2 tahun terpapar stunting, kualitas SDM untuk mewujudkan Indonesia Emas patut dicemaskan. Indonesia Emas 2045 terancam tidak tercapai.
Dicanangkan oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/ BKKBN di awal transformasi dari Badan menjadi Kementerian, GENTING menjadi salah satu Quick Win kementerian baru di Kabinet Presiden Prabowo ini. GENTING dilaksanakan oleh seluruh Perwakilan BKKBN Provinsi serta OPD KB Kabupaten/Kota. Mulai 2026 GENTING akan berubah menjadi program prioritas untuk menjaga keberlangsungannya.
Menjelang berakhirnya tahun anggaran, Perwakilan BKKBN DIY menggelar Evaluasi Capaian Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) Dan MBG Sasaran 3B (Bumil, Busui Dan Balita Non Paud) di Horison Emerald, Jalan Timoho Yogyakarta, Rabu (03/12/2025). Kegiatan ini diikuti oleh 78 Penyuluh KB dari tiap Kapanewon/Kemantren dan pengelola program di OPD KB Kabupaten/Kota, dan dihadiri pula wakil OPD KB DIY.

Dalam pengarahannya Rohdhiana Sumariati, Sekretaris Badan yang mewakili Kepala Perwakilan BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah menegaskan bahwa program GENTING dan MBG Sasaran 3B saling beririsan dan saling melengkapi.
“Kedua program ini memiliki korelasi yang bersifat sinergis, saling melengkapi, dan fokus pada tujuan yang sama, yaitu mempercepat penurunan angka stunting,” tegas Rohdhiana. Ditambahkannya kedua program ini meski mekanisme pelaksanaannya berbeda, keduanya menyasar kelompok rentan yang sama di hulu atau masa kritis 1.000 hari pertama kehidupan.
Sementara itu Ketua Tim Kerja Peran Serta Masyarakat Zuhdi Astuti menyampaikan bahwa dilihat dari capaian sasaran GENTING DIY yang sudah melampaui target mencapai 200,1% (24.534 Keluarga/Anak Risiko Stunting tersasar dari target 12.261).
“Namun jika dicermati, pencapaian tersebut sebagian besar berasal dari bantuan berupa edukasi, lebih banyak dari bantuan nutrisi maupun non nutrisi lainnya yang efek langsungnya lebih cepat terlihat,” ucap Zuhdi.
Bantuan berupa edukasi memang lebih cepat mendongkrak capaian jumlah sasaran, namun Zuhdi mengingatkan bahwa bantuan berupa nutrisi maupun non nutrisi lainnya (penyediaan air bersih, rumah sehat, atau jamban sehat) harus ditingkatkan.

Terkait Program MBG Sasaran 3B, Kepala Regional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) DIY Gagat Widiyatmoko menjelaskan sejumlah penyebab BGN melalui SPPG belum dapat menuntaskan pemenuhan gizi bagi kelompok sasaran Bumil, Busui, dan Balita.
Dari penetapan nasional di awal 2025 yaitu 5.000 SPPG melayani 15-17 juta penerima dengan anggaran 71 trilyun, di tengah program berjalan ditingkatkan targetnya menjadi 32.000 SPPG dengan 82,9 Juta penerima dan anggaran 171 trilyun. Namun dengan peningkatan target sasaran tersebut pihaknya tetap berusaha keras menyiapkan menu MBG bagi sasaran 3B.
“Sasaran Program MBG secara keseluruhan dilipatgandakan hingga 6 kali dalam tahun ini” ungkap Gagat. Maka Gagat dan jajaran SPPG di DIY berusaha meningkatkan koordinasi di lapangan terkait MBG 3B dengan Penyuluh KB dan aparat kapanewon lainnya. Evaluasi program ini juga menyajikan praktik baik pelaksanaan GENTING di Karangmojo Gunungkidul yang dibawakan oleh Koordinator Penyuluh KB Kapanewon Karangmojo Sulistyana.(*)
FX Danarto SY